Umur Pendek Tapi Berjasa Besar Bagi Semesta

KEBANYAKAN serangga dikenal karena ragam bentuk dan perilakunya yang unik. Tetapi ada serangga yang justru mudah diingat karena umurnya yang amat pendek. Hanya bertahan sehari, setelah itu mati. Namun, baik hidup atau mati, mereka berjasa besar bagi ekosistem. Mereka terlahir sebagai pangan bagi predator lain, sekaligus umpan bagi para pemancing ikan. Serangga itu bernama Mayfly (lalat capung).

***

SEEKOR serangga kecil "menari" di atas selembar daun hijau, setelah gerimis reda. Tariannya menarik perhatianku. Tangan kiriku memegang ujung daun itu sedang tangan kanan menggenggam ponsel. Aku siap memotretnya. Pelan-pelan kuabadikan dia dalam beberapa lembar photo. 

Tak jemu aku memandangnya. Serangga yang unik. Tak mau dia melebarkan sayapnya, selayaknya capung saat bertengger. Sayap serangga ini selalu tegak vertikal. Ada enam kaki, sepasang kaki depan amat panjang dan ramping. Bagian perut ke ekor melengkung, sedangkan sepasang ekor (mirip antena), terus bergoyang berirama serupa ayunan. Ekor itu rapuh dan mudah patah.

Serangga ini memiliki mata majemuk, tampak seperti sepasang gendang. Tubuhnya lunak dan lembut. Beberapa hampir transparan berwarna hijau. Di antara mata majemuk itu, tampak bagian kepalanya berbentuk segitiga dengan motif serupa batik dilengkapi sepasang antena yang pendek dan tipis.

Situs wellcomewildlife,com menulis, mayfly alat merupakan salah satu serangga bersayap tertua yang ada. Mereka berasal dari Zaman Karbon, 354 hingga 298 juta tahun silam. Ini hebat sekali. Meski umurnya pendek, mereka tetap survive melintasi zaman demi zaman, abad demi abad. 

Umur sama sekali tidak merintangi mereka untuk memastikan keberlanjutan generasinya. Mereka punya cara tersendiri untuk tetap eksis di tiap-tiap zaman. Bertelur banyak-banyak adalah strateginya. Mereka anti program "cukup dua anak" ala keluarga berencana. Mereka memegang semboyan, "banyak anak banyak rezeki". Mayflies betina memproduksi 400 – 3.000 telur, di sela-sela waktu hidupnya yang pendek. Telur-telur itu menetas dalam beberapa hari saja.

Berbeda dengan lalat kebanyakan, Mayfly bernama ilmiah, Ephemeroptera. Nama itu berasal dari bahasa Yunani, ephemera yang berarti ”bertahan sehari”. Dinamakan demikian, karena mayfly dewasa hanya mampu hidup 24 jam, setelah itu meregang nyawa. Mayfly menghabiskan seluruh hidupnya di dalam air, dalam bentuk nimfa. Ketika memutuskan untuk meninggalkan air sebagai serangga dewasa, itu mereka lakukan untuk satu misi besar: kawin-mawin, bertelur dan mati. Mereka harus memastikan meninggalkan calon penggantinya sebelum mati.

Baik sebagai nimfa maupun serangga dewasa, Mayfly berkontribusi besar bagi ekosistem. Mereka adalah santapan bagi predator lain, seperti ikan, lintah dan udang karang. Mayfly dewasa juga menjadi mangsa serangga karnivora, sepasti laba-laba, burung dan beberapa mamalia. Para pemancing ikan memanfaatkannya sebagai umpan.

Mereka ini amat berjasa juga bagi manusia. Sebab nimfa mayfly merupakan spesies aquatik yang peka terhadap polusi air. Keberadaan serta keanekaragamannya merupakan indikator kesehatan air. Jika air sehat, nimfa mayfly bisa berkembang biak. Dampaknya kehidupan ekosistem air tawar lebih terawat, sebab ikan-ikan, udang dan lintah memiliki sumber pangan cukup. Sebaliknya, jika air tercemar, nasib mayfly dan penghuni ekosistem air tawar turut terganggu.

Lalat capung ditemukan di seluruh dunia, kecuali Kutub Utara dan Antartika. Ada sekitar 630 spesies di Amerika Utara dan lebih dari 2.000 spesies di dunia. Jika kamu bertemu serangga unik ini, jangan membunuhnya. Perlakukanlah dia dengan baik dan penuh kehati-hatian. Mereka tidak berbahaya, juga tidak menggigit dan tidak menyengat. Bahkan, tanpa ditepuk pun, mereka bakal mati dengan sendirinya, karena umurnya cuma 24 jam.

Anda diberi umur lebih panjang. Sudah berkontribusi apa pada keluarga, lingkungan, bangsa dan negara Anda? Masak kalah sama Mayfly? Hihihi
(Dedy Hutajulu)

Komentar

Postingan Populer