Kumbang Tanduk Panjang

Pohon kering yang hampir melapuk, masih berdiri gagah di antara pohon dan semak belukar. Pemandangan itu menarik perhatian saya. Batang pohon itu masih kokoh berdiri.

Saya mendekat, memperhatikan pohon itu seksama. Tidak ada bekas apa pun di tubuh pohon itu, kecuali beberapa lubang kecil. Semua daunnya rontok sampai tak tersisa, batangnya kering, dan akarnya masih menancap dalam tanah. Tanpa berpikir panjang, saya menebang pohon kering itu, bagaimana pun pohon itu tidak akan bisa berfotosintesis lagi. 

Saat hampir saja tumbang, beberapa ekor kumbang berlarian cepat dari dalam batangnya. Melompat ke arah lain meninggalkan pohon yang sudah rebah di tanah. Saya langsung mengejar kumbang yang hinggap di atas ranting pohon lain. Kumbang itu memilih diam, mengapit keras daun hijau ranting pohon. 

Saya cukup lama berdiam, lamat-lamat memperhatikan kumbang dengan tanduk panjang berbulu itu. Saya belum pernah melihat kumbang jenis ini sebelumnya.

Setelah banyak memotret, saya langsung jelajahi pencarian Google untuk mengetahui nama kumbang ini. Cukup lama mencari, namun hasilnya nihil. Saya berdiskusi dengan teman-teman yang juga hobi memotret, bekerjasama mencari akhirnya nama kumbang ini diketahui. 

Diostocera wallichi tonkinesis, begitu nama kumbang ini. Salah satu spesies Thysia wallichii, ditemukan oleh seorang Entomologi bernama Von  Rudolf Kriesche pada 1924, berasal dari Jerman. Namanya didaulat ke dalam nama serangga temuannya. 

Sejauh ini kumbang bertanduk panjang (Longhorn beetle) jenis masih sedikit literatur. Kumbang ini ada di Asia saja: Cina, India, Iran, Jawa, Laos, Malaysia, Myanmar, Sulawesi, Sumatera Thailand, Vietnam.

Kumbang antena panjang ini berkembang di pohon-pohon yang masih sehat, membuat lubang besar melalui lapisan kayu sampai ke bagian dalam. Hal ini sangat mempengaruhi kualiatas kayu bahkan dapat menyebabkan kematian pohon. (*)
(Revensyah Sihombing)

Komentar

Postingan Populer