Babandotan, Pertolongan Pertama pada Luka


SEBAGAI anak petani, saya mengenal beberapa tumbuhan liar yang meresahkan para petani, apalagi bila tanaman itu sampai mengganggu kesehatan tanaman yang sedang dinantikan hasilnya.

Untuk memusnahkan tanaman liar tersebut, biasanya dilakukan dengan cara pestisida dan mencabut sampai akarnya. Namun, namanya juga tanaman liar, akan tetap bersemi kembali, bahkan lebih segar dari tanaman yang sengaja ditanam.

Salah satu tanaman liar tersebut adalah Babandotan dengan nama latin Ageratum conyzoides L, yang dikenal sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) di kebun dan di ladang.

Prasad (2011) menulis, bandotan memiliki ketinggian mencapai 1 meter dengan ciri daun mempunyai biji berwarna putih halus. Bunga berukuran kecil, berwarna putih keunguan pucat, berbentuk seperti bunga matahari dengan diameter 5-8 mm.

Batang dan daun ditutup oleh bulu halus berwarna putih dan daunnya mencapai 7.5 cm. Buahnya mudah tersebar sedangkan bijinya ringan dan mudah terhembus angin.

Meski sering dianggap pengganggu, tanaman suku Asteraceae ini  sering digunakan petani sebagai pertolongan pertama saat mengalami luka. Luka segar yang merekah akan segera membaik bila dioleskan dengan daunnya yang sudah bercampur liur.

Adebayo (2010) menulis, tanaman liar ini digunakan di Afrika sebagai tanaman obat untuk berbagai macam penyakit. Selain sebagai obat luka, juga sebagai antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. 

Kandungan fitokimia pada tanamam bandotan menunjukkan adanya senyawa steroid,  terpenoid,  fenol,  saponin,  asam  lemak  dan alkaloid. 

Beberapa hasil penelitian menunjukkan tanaman liar yang satu ini mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit yang belum diketahui orang banyak. (Revensyah Sihombing)

Komentar

Postingan Populer