Kecil Dibenci, Gede Disayangi
Tidak sembarang saya memilih judul itu. Saya memulainya dengan satu simpulan. Ya, begitulah nyatanya. Ketika masih kecil, ia sangat dibenci, dimusuhi dan dianggap sebagai hama. Tetapi ketika sudah dewasa, ia dikagumi, disanjung dan disayang.
Mengapa bisa begitu? Tentu karena rupa dan perilaku. Semasa kecil, spesies itu dinamai ulat. Mereka bentuknya menjijikkan, bagi sebagian orang. Ada yang berbulu, ada gundul. Melihat ulat, ada orang yang sampai phobia. Mereka merasa ngeri jika bertemu ulat. Sampai-sampai terbawa ke alam mimpi. Serem ya.
Selain bentuk raganya yang menyeramkan, ulat juga mendapat predikat buruk. Mereka dicap sebagai hama tanaman. Mereka rakus sekali. Bukan hanya daun yang mereka santap, terkadang kulit ranting pun dilahapnya. Bukan hanya tanaman musiman yang mereka incar, tetapi aneka pohon buah juga mereka habisi. Mereka bisa menggunduli pohon buah dalam waktu singkat. Ajaib betul.
Walau mulut dan perut mereka kecil sekali, tetapi selera makannya kelewat batas. Rakus! Itu sebabnya, hampir seluruh jenis ulat dimusuhi petani karena dianggap sebagai hama, perusak tanaman.
Lain waktu kecil, lain pula setelah beranjak dewasa. Ia serupa anak gadis perawan yang bertubuh molek, dengan pesonanya. Kupu-kupu dewasa tidak hanya diakui sebagai serangga paling indah di alam semesta karena kemolekannya. Mereka juga didaulat sebagai spesies paling berjasa bagi penyerbukan tanaman.
Kupu-kupu berkontribusi besar terhadap kelangsungan dan keberlanjutan ekosistem dan ekologi. Mereka relawan terhebat di alam semesta, yang tanpa dikomandoi, bergerak membantu bunga-bunga berkembang menjadi buah. Mereka menyatukan benang sari dan kepala putik agar proses pembuahan tanaman terjadi. Tanpa itu, tanaman akan gagal berbuah dan berkembang biak. Mereka semacam mak comblang bagi tanaman. Atas jasa-jasa besarnya itu, petani mendaulat kupu-kupu sebagai sahabat.
Tidak hanya berfaedah bagi pohon-pohon buah, kupu-kupu turut berkontribusi membantu perkembangan vegetasi. Keberadaan kupu-kupu di satu wilayah menjadi indikator kesehatan ekosistem daerah itu. Makin beragam kupu-kupunya mengindikasikan kian sehat ekosistemnya. Sebaliknya, semakin sulit menemukan kupu-kupu, serta semakin homogen jenisnya, menandakan betapa buruknua ekosistem di wilayah itu.
Taukah kamu, dari keseluruhan fauna di dunia, separuhnya 50 persen adalah serangga. Diantara serangga itu, kupu-kupulah yang punya andil besar dalam perkembang-biakan tanaman. Di sisi lain, di dalam lingkaran rantai makanan, mereka cenderung sebagai santapan predator atau binatang lain.
Nah, dari pada kepanjangan pengantarnya, saya antarkan saja pembaca kepada satu spesies yang sangat indah ini. Namanya Appias libythea. Ia dari keluarga Pieridae. Satu keluarga yang lebih dikenal sebagai kupu-kupu sewarna, seperti "si putih", "si kuning" atau "si oranye".
Pelabelan itu sesuai dengan ciri khasnya. Warna sayapnya yang dominan putih atau oranye atau kuning. Warna dominan itulah yang membedakan spesies ini dari keluarga kupu-kupu lainnya.
Kupu-kupu Appias libythea memiliki tingkah laku hampir mirip dengan Junonia orithya. Mereka senang beterbangan di tanaman rerumputan, lahan terbuka dan hangat. Mereka tidak menyukai pohon-pohon tinggi. Mereka juga ramah, tenang dan damai,
Memotret Appias libythea tidak sulit. Mereka selalu gampang ditemukan, mudah didekati serta tidak gampang kabur. Bahasa sederhananya: usah cantik, seksi, baik hati, ramah, mudah pula didekati. Wuih...mimpi apa aku semalam? (DEDY HUTAJULU)
trims bg buat ulasanny. Tetap gokill dan kece bg
BalasHapus